-->

Persaudaraan Adalah Cerminan Hati



Dari abad ke abad telah lahir suatu persaudaraan besar, kemudian menjadi bangsa dan kerajaan yang adikuasa, dimana sering kali berhadapan dengan keadaan yang teramat keras serta lingkungan yang penuh permusuhan. Catatan sejarah mencakup banyak peristiwa penting yang merekam kejayaan daya pikir, keberanian, dan keuletan umat manusia.
Namun dalam proses pembentukan peradaban oleh persaudaraan yang besar pada kurun waktu panjang itu, tidak hanya tercatat lahirnya berbagai persaudaraan besar dalam bentuk masyarakat adidaya secara mengagumkan, tetapi jelas juga terekam masa-masa kemunduran besar-besaran, dan pada waktu tertentu bahkan kelumpuhan total suatu budaya.
Tidak dapat diragukan bahwa gerak maju suatu peradaban yang dibentuk oleh persaudaraan besar menghasilkan manfaat kebendaan atau materialisme yang besar sekali bagi umat manusia. Namun manfaat kebendaan atau materialisme itu sendiri tidaklah cukup untuk menyelamatkan kekuasaan besar diantara segala kekuasaan terbesar, seperti Persaudaraan Besar Kerajaan Persia Kuno, Persaudaraan Besar Babilonia, Aztek, dan Persaudaraan Besar Kekaisaran Roma. Banyak di antara Persaudaraan Besar di masyarakat yang paling berkuasa yang pernah dikenal di dunia, telah lama berlalu dari sejarah kehidupan.
Dan bagaimana dengan peradaban yang dibentuk oleh Persaudaraan kita sendiri? Dihadapkan dengan tantangan-tantangan berat zaman kita sekarang ini – tekanan berat pada lingkungan, instabilitas ekonomi, tanda-tanda kemerosotan kualitas, ancaman permusuhan – tidak mengherankan kalau banyak orang merisaukan keadaan persaudaraan ini di masa mendatang. Barangkali keselamatan dan kemajuan peradaban persaudaraan kita memerlukan suatu jenis dasar atau arah yang lain dari dasar atau arah yang semata-mata mengejar perkembangan kebendaan atau materialisme. Tidakkah keamanan dan kemajuan manusia, demikian pula hal-hal lain yang mendasar, seperti aspirasi pribadi, tujuan hidup, serta pemenuhan pada akhirnya bergantung pada perkembangan hati nurani? Dari sudut pandang agak radikal, Karl Bath suatu kali mengedapankan himbauan yang menggemparkan untuk memberadabkan dunia. “BIARKANLAH PERADABAN HATI NURANI MEMBENTUK PERSAUDARAAN, BIARLAH HATI NURANI MENGAMBIL TEMPAT PERADABAN SEMUA HAL…..
Dari cerita para Nabi utusan TUHAN, dibuktikan bahwa penyembahan berhala dan materialisme merupakan kesalahan fatal. Banyak Nabi utusan TUHAN menunjukan kepada para umatnya bahwa betapapun beradabnya manusia yang lahiriah, bila manusia bathiniah bentukan hati nurani tidak didisiplinkan, dikuasai, dan diarahkan oleh Hukum TUHAN, maka dalam perkembangan persaudaraan umat itu ada sesuatu kekurangan yang sangat mendasar. Tanpa budidaya spiritual, tanpa peradaban hati nurani, pria dan wanita akan tetap bersifat brutal, sekalipun secara kebendaan atau materialisme dan teknologi masyarakatnya maju.
Para Nabi utusan TUHAN, menunjukan potensi pembusukan yang terdapat pada harta duniawi, dan Beliau-beliau berbicara tentang kegelapan yang secara internal melekat pada hal-hal kebendaan. Beliau-beliau para Nabi utusan TUHAN menunjukan kepada kita bahwa satu-satunya sumber kebaikan yang dapat dipergantungi dan bersifat tetap kedapatan dalam TUHAN, Roh Illahi yang menulis di hati nurani diri pribadi maupun masyarakat.
Karena itu barangkali dapat dikatakan bahwa orang-orang yang diselamatkan dari sebab materialisme dengan segala akibatnya jahatnya, merekalah pria dan wanita yang beradab. Dan hal itu dapat pula dikatakan tentang Persaudaraan yang dengan suka cita mamatuhi Roh Illahi yang tidak menghakimi, namun Maha Sabar dan Maha Rajin menulis di hati nurani umat manusia.
Dalam setiap segi pengalaman manusia, pergantungan yang setia kepada hati nurani inilah yang memberi tenaga gerak di belakang seluruh kemajuan yang hakiki dan bertahan bagi suatu persaudaraan peradaban umat manusia.
Lahirnya suatu persaudaraan-peradaban selalu berkaitan langsung, tidak hanya dengan upaya fisik dan jerih payah para anggotanya saja, tetapi juga dengan visi mereka tentang apa yang terpenting bagi kualitas hidup. Dan jelaslah bahwa sering kali visi maupun tujuan persaudaraan sebagian besar diilhami oleh apa yang dilihat dan dilakukan beberapa orang gagah berani yang memeras seluruh daya pikirnya.
Kita masing-masing dapat bekerja dan membiarkan peradaban hati nurani mengambil tempat peradaban semua hal, menguasai persaudaraan, menguasai berarti kemampuan untuk mengendalikan segala situasi persaudaraan. Semua itu akhirnya berpulang pada apa sebenarnya yang paling penting dalam hidup kita sendiri – pada apa yang sebenarnya sejati. Cara hidup kita, dan mendoa, menghasilkan kemampuan memahami perintah TUHAN yang ditulis di hati nurani kita. Cara hidup kita, dan mendoa sekarang ini berdampak pada peradaban di persaudaraan kita pada hari esok. Tidak ada alasan mengapa kita tidak dapat naik lebih tinggi untuk menemukan tempat pengabdian bagi para pendekar Setia Hati Terate dalam persaudaraan hati nurani.
By Prasetyo Sampurno

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Persaudaraan Adalah Cerminan Hati"

Post a Comment

1ink.cc

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Adnow

loading...